Pendekatan Ilmiah dalam Memetakan Kecerdasan Menggunakan Tes STIFIn di Sekolah SMP Muhammadiyah 31 Jakarta

JAKARTA – Dalam sebuah langkah inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan, SMP Muhammadiyah 31 Rawamangun, Jakarta Timur, telah menyelenggarakan program Bright Star Genetic yang memfasilitasi tes STIFIn di sekolah bagi siswa dan para pendidiknya.

Acara yang berlangsung pada hari Jumat, 22 Agustus 2025, di aula sekolah ini bertujuan untuk memetakan potensi diri peserta didik berbasis genetik, sebagai landasan pengembangan karakter, prestasi, dan kesiapan menghadapi masa depan.

Tujuan dan Metodologi ProgramProgram ini merupakan inisiatif sekolah untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai potensi unik setiap individu. Menurut Branch Manager STIFIn Genetic, Yusuf Saefudin, kegiatan ini adalah ikhtiar untuk mendukung pengembangan siswa secara berkelanjutan.

Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 31, Bapak Muhamad Hazir, beserta jajarannya memberikan dukungan penuh terhadap program yang diharapkan menjadi langkah awal peningkatan mutu pembinaan di lingkungan sekolah.

Konsep STIFIn sendiri mengidentifikasi Personality Genetic (PG) seseorang berdasarkan lima “Mesin Kecerdasan” yang berpusat pada bagian otak dominan: Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Instinct.

Metode ini diklaim memiliki tingkat validitas dan reliabilitas mencapai 95% dan hasilnya berlaku seumur hidup. Program di sekolah ini terdiri dari dua sesi utama: sesi tes STIFIn selama 120 menit untuk murid dan guru, dilanjutkan dengan seminar hasil tes selama 90 menit yang juga melibatkan orang tua murid untuk penjelasan mendalam dari ahli.Hasil Pemetaan Potensi dan ImplikasinyaSebanyak 86 siswa-siswi dan 25 tenaga pendidik tercatat sebagai peserta dalam program ini.

Analisis data dari hasil tes menunjukkan sebaran profil kecerdasan yang beragam di kalangan siswa, memberikan gambaran strategis bagi para guru dalam merancang metode ajar.Distribusi Kecerdasan Genetik SiswaDari total 86 siswa yang mengikuti tes, distribusi Mesin Kecerdasan terbanyak adalah sebagai berikut:

* Sensing (S): 22 siswa (25,6%)

* Intuiting (I): 20 siswa (23,3%)

* Feeling (F): 17 siswa (19,8%)

* Thinking (T): 16 siswa (18,6%)

* Insting (In): 11 siswa (12,8%)

Temuan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa memiliki kecenderungan belajar melalui pengalaman konkret, hafalan, dan pengulangan (Sensing), serta melalui pemahaman konsep besar dan kreativitas (Intuiting).

Profil Pendidik dan Keselarasan MengajarSementara itu, hasil tes para guru dan tenaga kependidikan menunjukkan profil yang berbeda. Dari daftar nama yang ada, mayoritas pendidik memiliki kecerdasan dominan Thinking (11 orang) dan Intuiting (9 orang).

Dominasi profil Thinking, yang identik dengan kemampuan analisis, logika, dan penyusunan struktur, menunjukkan kekuatan dalam pengajaran yang sistematis.

Data ini menjadi krusial bagi sekolah untuk menciptakan keselarasan antara gaya mengajar guru dengan cara belajar siswa yang paling dominan.Langkah Lanjutan Menuju Pendidikan UnggulDengan data pemetaan ini, SMP Muhammadiyah 31 kini memiliki landasan ilmiah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih personal.

Misalnya, untuk siswa tipe Sensing, guru dapat merancang kegiatan belajar sambil praktik (learning by doing), sedangkan untuk siswa Thinking, lingkungan belajar yang kompetitif dan logis akan lebih efektif.Inisiatif ini bukan hanya sebuah program sesaat, melainkan bagian dari visi jangka panjang sekolah untuk menciptakan pribadi yang unggul dan berkarakter.

Dengan memahami “sistem operasi” otak setiap siswa, SMP Muhammadiyah 31 bergerak menuju era baru pendidikan yang tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mengoptimalkan potensi unik setiap individu.